Anak kami sungguh sedih kehilangan kucing kesayangannya.
Sampai akhirnya dia menemukan tempat beli
kucing, pas dia browsing di LINE dan saya lihat juga ada page nya di
FB, dan dia search sendiri tempat beli, tanya tanya harga dan akhirnya
kami pergi ke tempat tersebut.
Awalnya kami tertarik banget karena
kelihatannya care yaa sama kucing sampai ada playground nya segala. Saya
pikir, cukup bonafit juga udah berani ngiklan di media sosial, dan saya
udah yakin, kalau berani main promo di media sosial, seharusnya yaa
nggak sekelas pet shop biasa yang cuma asal jual aja.
Dan anak saya udah jatuh cinta sama salah
satu kucing disana. Sampai sampai dia memecahkan tabungannya, ngumpulin
tabungannya buat membeli kucing tersebut.
Dan kami pun membeli kucing dari tempat
itu. Bayarnya harus dalam 2 hari, ambil kucingnya juga gak boleh lama
lama. Yaudah, emang udah kesengsem yaa anakku. Tapiii kata mereka
dokternya libur dan ga bisa vaksin si kucing tersebut. Teteup kekeuh
kucing HARUS DIAMBIL SECEPATNYA. Katanya udah dekat lebaran dan
dokternya udah cuti jadi ga bisa vaksin.
Ok kita ambil kucingnya. Dan seperti
biasa, kita masukin ke kandang, karena dia kucing baru. Biar kenalan
sama kucing lain di rumah kami dan terbiasa dengan lingkungannya.
Ternyata 2 hari di rumah, kucing itu
diare, dan tambah lemas sampai akhirnya jam 9 malam kami larikan ke
emergency vet. Biaya emergency = 1,5 juta :((
Diperiksa, ternyata kucing tersebut menderita penyakit FPV = feline Parvo Virus.
Udah ditest dengan test pack virusnya,
ternyata positif. Dan harus dirawat karena itu adalah virus mematikan
dan menular banget. Kami disarankan mensterilkan semua kandang, semua
tempat yang kena kotoran si kucing. Bahkan virus tersebut bisa menetap
sampai 6 minggu!
Wah kami was was banget soalnya ada kucing lain di rumah kami.
5 hari kemudian, kami dikabari kalau si
kucing tidak bisa diselamatkan. Anak saya benar-benar sedih. Apalagi
kucing itu dibeli dengan uang tabungan dia bertahun tahun.
Yang bikin kaget….responnya mereka. Kami
memberi kabar bahwa itu adalah penyakit menular yang kata dokter sudah
ada minimal 2 minggu sebelum kucing tersebut kami bawa pulang.
Artinya…di tempat penjual kucing tersebut ada kucing lain berpenyakit
sama dan menulari kucing yang kami ambil. Dan kami minta kalau bisa
mereka juga andil bertanggung jawab sebagian atas pengeluaran rumah
sakit yang harus kami tanggung, karena penyakitnya udah ada dari sebelum
kucing itu kami beli.
Catat: kami gak minta uang beli kucingnya balik!
Gak disangka, ternyata tanggapannya membuat kami memutuskan nggak meneruskan diskusi dengan mereka, ngeliat emang nggak menunjukkan sikap penjual yang recommended. Dilempar sana sini katanya keputusan bersama, dan nggak ada yang menghubungi balik, dan kami yang kejar kejar mereka untuk kasih update udah sampai dimana diskusinya mereka. Pada akhirnya ditutup dengan jawaban yang kurang profesional.
Wah benar benar deh semoga teman teman yang pengen beli
kucing, harus hati hati banget. Kami belajar banyaaak banget dari
kejadian ini. Kapok juga kalo denger nama tempat itu.
Pelajaran yang kami dapatkan dari kejadian ini:
1. Jangan pernah beli kucing yang belum divaksin
Kami jadi mikir kenapa dia mengharuskan
kami memgambil kucing tersebut cepat cepat, mungkin emang udah tau yah
kucingnya agak sakit. Dan belakangan kami belajar dari dokter hewan kami
bahwa kucing yang mau divaksin salah satu syaratnya ditest FPV dulu.
Hmmm pantesan gak jadi divaksin yah, dan kami disuruh ambil kucing
tersebut secepatnya.
2. Nggak usah tergiur bawa kucing
kita ke playground kucing, atau tergiur dengan iklan yang kesannya jago
banget handle kucing. Lihat apakah mereka beneran pecinta kucing yang
sebenarnya, dan gimana sikap mereka kepada pengunjung/customer saat ada
customer.
3. Seharusnya, seorang penjual binatang peliharaan, memberikan garansi 1 minggu
Saya baca di salah satu buku tentang
kucing, bahwa penjual kucing (yang bener dan resmi) harus memberikan
garansi 1 minggu, menjamin bahwa selama seminggu itu kucingnya tidak
sakit atau mati. Ternyata bener yah, dalam seminggu kucing kami mati,
hehehe. Kalau dalam kasus ini, kalau memang penjual berniat baik, dia
mengenali kucing kayak apa yang sehat, yang gak sakit. Dan bisa
ceritakan dan rekomendasikan ke kami, si kucing yang kami beli lagi
kenapa, harus diapain dan ngerti kesehatan kucingnya. Bukan semata asal
laku jualannya. Nah liat liat aja kalo penjual ngasih klaim: “tidak
bertanggung jawab atas kejadian sesudah membeli kucing” – besar
kemungkinan mereka memang nggak akan kasih ganti rugi kalau kucingnya
tetiba sakit, atau tetiba mati.
Alhamdulillah kami bersyukur atas
kejadian ini. Karena kami juga pebisnis yang memang menggunakan 80%
kegiatan bisnis kami di media sosial, dan dari sini kami belajar bahwa
namanya menjual sesuatu pasti harus dipikirin gimana resiko after sales
nya. Apalagi kalau kita punya konsumen dan barang dagangan yang harganya
nggak murah
Kami juga belajar, selalu lihat tempat
kami ambil binatang peliharaan, apakah si ownernya cukup friendly dan
komunikatif, atau hanya mengandalkan sales person, receptionist, dan
video video tutorial di media sosial untuk interaksi dengan
konsumennya.
Okeh sekian deh cerita pengalaman kami.
Semoga teman teman kami yang juga cinta kucing gak mengalami hal gak
enak seperti kami. Kami banyak belajar dari hal ini, dan semoga pihak
yang bersangkutan juga banyak belajar, apalagi belajar gimana menjadi
pebisnis, dan bagaimana menghadapi pelanggan.
Semoga teman teman bisa mengambil
pelajaran yaaa dari pengalaman kami ini, dan kami doakan semoga
bisnisnya berkah dunia akhirat. Amiiinn…
Hati hati saat ingin Membeli dan Memelihara Kucing
Reviewed by BEBEK.
on
November 24, 2019
Rating:
Tidak ada komentar: